Minggu, 09 Mei 2010

Remaja, Memang ada-ada Saja

" Catatan Akhir Sekolah " merupakan film yang dibuat pada tahun 2005. Film ini mendapat banyak perhatian dari kalangan remaja, terutama anak-anak SMA, karena film ini menceritakan kisah kehidupan 3 anak SMA, yaitu Arian, yang diperankan oleh Vino G. Bastian, Agni oleh Ramon Y. Tungka dan Alde oleh Marcel Chandrawinata. " Catatan Akhir Sekolah " ini dikutip kisahnya dari buku karya Salman Aristo, dan digarap oleh sutradara terkenal, Hanung Bramantyo. Sebuah drama produksi Rexinema, yang telah berhasil menjadi film layar lebar.

Cerita, "Catatan Akhir Sekolah" bermula pada kehidupan 3 orang anak SMA, yaitu Agni, Arian dan Alde, atau yang lebih sering didengar dengan sebutan, "3A" oleh teman-teman mereka. Ketiga anak ini dicap sebagai kumpulan anak-anak yang cupu, kuper dan tidak bisa apa-apa. Agni adalah seorang anak klub film, Alde, " anak mami " yang menjadi inceran cewe-cewe centil dan ganjen di sekolahnya, dan Arian, anggota klub mading yang karyanya sering ditolak oleh anak-anak yang lain. Di tahun ketiga mereka, sebuah ide yang sangat brilian muncul, agar mereka dapat mengenang masa-masa SMA dan membuktikan kepada yang lain bahwa mereka bukan hanya sekedar pecundang. Membuat sebuah film dokumenter yang menceritakan kehidupan anak SMA selama 3 tahun belajar, dari nyontek-nyontekan, ngintipin rok cewe, sampai merokok di belakang sekolah agar tidak ketahuan oleh guru.

Tapi, seperti biasa, percintaan dan masalah kepala sekolah menjadi kendala bagi mereka untuk melakukan shooting film dokumenter ini. Boris, sang kepala sekolah adalah seseorang yang mata duitan. Dia melarang "3A" ini untuk melakukan shooting hal-hal yang terjadi di sekitar sekolah mereka. Tetapi, dia akan mengijinkannya jika dibayar. Mau tidak mau akhirnya Boris dibayar juga. Kendala keduanya, percintaan antara Agni dan mantan pacarnya, Alina. Alina sekarang sudah mempunyai pacar baru, yaitu Rey, sang jagoan sekolah. Kabar berhembus, bahwa Alina sering di perlakukan secara tidak baik oleh Rey, dan akhirnya Alina dekat kembali dengan Alde. Cinta yang lama, kini telah bersemi kembali, karena masalah ini, pembuatan film mereka pun tertunda, bahkan nyaris batal.

Bantuan dari anak-anak kelas 1 dan 2 berdatangan kepada trio ucup ini. Mereka memberitahu dimana saja biasanya anak-anak ngedrugs, merokok, dan bermesraan. Singkat cerita, semua peristiwa telah berhasil mereka rekam, dan sebentar lagi film ini akan selesai. Boris, sang kepala sekolah, dengan alasan kekurangan uang, menyita handycam mereka. Putus sudah harapan mereka, " Kayaknya emang kita ditakdirkan harus kayak gini, bro.." ucap Alde.

Sebagai penutup, Hanung Bramantyo menuangkan adegan haru biru anak-anak putih abu-abu yang sebentar lagi kana lulus ini. Film dokumenter Agni, Alde dan Arian secara tidak sengaja merekam adegan penyuapan Boris, dan mendatangkan tepuk-tangan yang sangat meriah oleh teman-teman mereka. Lengkaplah sudah perjalan 3 tahun masa-masa SMA, sedih dan senang semuanya dirasakan oleh ketiga anak ini.

Film ini bisa dibilang sebagai salah satu maha karya Hanung Bramantyo dalam membuat film-film remaja. Memang hebat, "Catatan Akhir Sekolah" ini bisa "menusuk" hati para penontonnya, dan mempengaruhi mereka dengan ingatan-ingatan jaman dahulu. Sebuah komedi dan roman yang sangat baik, " Catatan Akhir Sekolah " wajib ditonton oleh orang-orang yang kangen masa-masa SMAnya.


Sumber cerita:
http://dunontondiri.wordpress.com/2007/09/06/catatan-akhir-sekolah/
jam 5.30 WIB, 9 Mei 2010

Sabtu, 24 April 2010

Indonesia? Apa Artinya?

"Merdeka! Merdeka!" ini adalah sebuah ucapan yang terkenal pada jaman Ir. Soekarno memerintah, sesaat setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Banyak orang yang sangat antusias mengucapkan kalimat tersebut, dari pemuda sampai orang tua, mereka semua menyorakan kemerdekaan Indonesia dari Jepang. Itu merupakan kejadian tahun 1945, dan sekarang, 65 tahun telah berlalu, kita sekarang hidup di era globalisasi, era dimana banyak kebudayaan-kebudayaan luar yang masuk.

65 tahun yang lalu, para pemuda dan remaja Indonesia sangat berperan penting dalam pembangunan negeri ini, mereka lah yang membantu kemerdekaan Indonesia terjadi. Tanpa mereka, mungkin kita tidak akan merdeka pada tahun 1945. Tetapi, apakah arti dari remaja-remaja Indonesia pada masa-masa sekarang, yang dipenuhi oleh aroma-aroma globalisasi yang sangat pekat? Tidak jarang kita temui, masih ada saja beberapa remaja yang ketika ditanya, " Siapakah itu WR. Supratman?" mereka bingung dan tidak bisa menjawab. "Apakah kamu tahu satu lagu dangdut, lagu tradisional kita?" mereka juga tidak bisa menjawabnya. Tetapi ketika mereka ditanya pertanyaan seperti ini, " Kelly Clarkson juara berapa di American Idol?" banyak sekali dari mereka yang bisa menjawab. Apakah ini berarti Indonesia hanya merupakan sebuah tempat mereka dilahirkan? sebuah tempat untuk menapakkan kaki? sebuah negeri yang tanpa artinya dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Amerika?

"Dasar anak bandel! kamu nggak tau diri!" kalimat ini tidak akan terdengar asing lagi bagi kita, karena dalam kehidupan kita, ini pasti pernah terjadi. Respon yang diajarkan oleh kebudayaan kita adalah untuk merunduk, dan mendengarkan semua omelan yang dilontarkan oleh orang tua kita. Tetapi sekarang, banyak remaja yang balik melawan omelan orang tuanya, bahkan membentak balik mereka. Apa yang terjadi? ini adalah dampak dari apa yang mereka dengar dan lihat, dari orang-orang disekitar mereka. Kebudayaan ini datang dari barat, budaya barat yang memiliki karakteriskik yang sangat berbeda dengan budaya timur. Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan?

Sebagai seorang remaja yang hidup di era globalisasi ini, kita tidak dapat membendung kebudayaan tersebut, karena kebudayaan tersebut berada disekitar kita, setiap waktu. Contohnya adalah internet, dulu belum ada yang namanya internet, dan jika kita amati, berapa banyak situs-situs indonesia yang dibuka oleh remaja sekarang? Mereka yang menggunakan internet biasanya membuka situs-situs luar negeri yang lebih sering mereka temukan. Apakah dengan munculnya teknologi-teknologi baru seperti ini, makna dari Indonesia terlupakan oleh para remaja?

Pentingnya nasionalitas dan nilai-nilai tradisional bagi remaja sekarang, sering sekali dilupakan oleh orang tua mereka, karena mereka menganggap sekolah akan mengajarkan nilai-nilai ini. Tetapi yang terjadi, orang tua mereka yang nantinya akan bingung sendiri akan sikap anaknya. Jadi, apakah nilai-nilai ini masih diperlukan sekarang? ya, ini merupakan sebuah pondasi bagi remaja untuk mengarungi masa-masa mereka. Nilai-nilai ini yang nantinya akan membantu mereka menjadi remaja yang dapat membedakan mana kebudayaan yang patut untuk di serap maknanya, dan mana yang tidak. Dengan ini juga, mereka dapat membanggakan tanah air mereka, Indonesia, ketika mereka pergi keluar negeri untuk mewakili negeri ini.

Gotong Royong, makan bersama orang lain, mempelajari tari-tarian tradisional, berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan mencintai hasil karya negeri sendiri. Ini merupakan nilai-nilai taridisional yang dilupakan oleh kebanyakan remaja sekarang. Nilai-nilai ini tergantikan oleh kebudayaan luar yang tidak selalu sesuai dengan sifat Indonesia. Siapakah yang harusnya bertanggung jawab atas masalah ini? tidak ada satu orangpun yang dapat kita salahkan, tetapi kita harus menyadari sendiri akan pentingnya nilai-nilai ini. Tidak menutup juga kemungkinan kita untuk menyaring kebudayaan luar yang bagus dan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita bersosialisasi dengan lingkungan kita. Kebudayaan luar yang dapat membantu kita membangun dan memajukan negeri kita, Indonesia.

"Indonesia" sebuah kata yang nantinya tidak akan lagi hanya menjadi sebuah kata tanpa arti dipikiran kita, tetapi akan menjadi sesuatu yang terus kita ingat dan kenang. "Indonesia? itu tanah airku tempatku belajar banyak hal, tempatku mengenal banyak orang, sebuah bangsa yang mengajarkan aku caranya membedakan mana yang baik dan buruk, keluarga yang menjadikan aku seperti ini."

Minggu, 18 April 2010

Berbicara di dalam Dunia Kedua

Istilah, " Dunia Kedua " atau yang lebih dikenal dengan sebutan dunia maya, sudah menjadi aspek kehidupan semua orang, tidak dapat dipungkiri lagi, semua kegiatan-kegiatan kita, tugas-tugas, bahkan setiap hari pun kita pasti berada di, "Dunia Kedua" ini. Tetapi apakah yang biasanya anak-anak muda lakukan di dalamnya?

Sebagai seorang pelajar, kita pasti sering sekali mendapatkan tugas-tugas dari sekolah, yang sering sekali terlibat dengan internet. Setiap hari, setiap jam, bahkan internet sekarang dapat kita akses dengan mudah hanya dengan sentuhan jari kita. Mencari tugas, membuka jejaring sosial seperti facebook dan twitter, itu adalah kegiatan yang biasanya kita lakukan setiap hari. Berkomunikasi dengan teman? ya, ini juga merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan dengan memanfaatkan teknologi internet yang sudah maju ini. Berkomunikasi di dalam dunia digital, atau yang lebih dikenal dengan istilah, "chatting". Anak-anak muda sering sekali chatting, hanya sekedar untuk bercanda, berinteraksi, bisa juga mengerjakan tugas dengan teman-temannya yang lain.

Dalam proses chatting ini, bahasa dan kata-kata gaul pasti menjadi cara berkomunikasi yang dominan, mengingat mereka berkomunikasi dengan temannya, dan orang lain pun tidak tahu siapakah yang mengeluarkan kata-kata tersebut. Aspek ini tentu sering sekali menimbulkan godaan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang tersebut di tempat umum, dan mereka sering sekali melampiaskannya dengan chatting. Mengata-ngatai orang lain, mencaci maki, merendahkan, bahkan juga diskriminasi terhadap teman yang dia benci di sekolahnya, semua ini dikarenakan ketidaktahuan dan kebebasan dalam berbicara di dunia maya ini.

Tidak jarang beberapa orang sering sekali menjadi bahan lelucon mereka, dari sekedar bercanda, sampai akhirnya menimbulkan dendam yang tidak bisa dilupakan, ini semua merupakan godaan yang melanda setiap anak-anak muda yang berkomunikasi di dalam dunia digital. Contoh-contoh jejaring sosial yang bisa kita lihat adalah, Facebook, Twitter, Myspace, MSN, dan Yahoo Messenger. Banyak sekali dampak-dampak dari perangkat berkomunikasi ini. Berbicara, mengerjakan tugas, bercanda ria, sampai dengan mengata-ngatai, , mencaci maki, menjatuhkan, dan mendeskriminikasikan orang lain, semua menjadi satu dalam genggaman tangan kita.

Dari apa yang kita lakukan didalam dunia digital ini, demi kebaikan kita sendiri, ataupun untuk membuat orang lain sedih, semuanya tergantung pada diri kita sendiri. Jika kita dapat membatasi diri kita, dan menjaga diri dari arus masa yang berada didalamnya, kita pasti dapat mendapatkan sesuatu yang sangat berguna bagi diri kita, tanpa harus mengganggu kenyamanan orang lain.